Makna Berjalan Melewati Tujuh Jadah pada Proses Tedak Siten – Tedak Siten adalah salah satu upacara adat Jawa yang memiliki makna sangat mendalam. Dalam budaya Jawa, setiap tahapan kehidupan manusia diiringi oleh ritual-ritual khusus yang sarat akan nilai-nilai filosofis dan spiritual. Tedak Siten merupakan upacara yang dilakukan ketika seorang anak berusia tujuh bulan dalam kalender Jawa atau sekitar delapan bulan dalam kalender Masehi, sebagai tanda awal anak mulai mengenal dunia luar, khususnya bumi atau tanah.
Makna Filosofis Upacara Tedak Siten
Tedak Siten berasal dari kata “tedak” yang berarti turun atau menginjak, dan “siten” dari kata “siti” yang berarti tanah. Secara harfiah, Tedak Siten berarti turun atau menginjak tanah, yang mengisyaratkan bahwa anak tersebut siap untuk mulai mengenal dunia luar dan melangkah ke kehidupan nyata. Upacara ini bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga merupakan simbolisasi perjalanan hidup anak dari fase bayi yang sepenuhnya bergantung pada orang tua menuju fase yang lebih mandiri.
Makna Berjalan Melewati Tujuh Jadah pada Proses Tedak Siten
Salah satu rangkaian dalam upacara Tedak Siten yang paling penting adalah prosesi berjalan melewati tujuh jadah (makanan tradisional yang terbuat dari ketan). Prosesi ini memiliki makna mendalam yang terkait dengan perjalanan hidup manusia yang tidak lepas dari berbagai rintangan atau cobaan. Berikut adalah penjelasan dari makna masing-masing jadah:
- Jadah Putih: Melambangkan kemurnian hati dan pikiran. Anak diajarkan untuk selalu berpikir dan bertindak dengan niat yang tulus serta hati yang bersih.
- Jadah Merah: Menyimbolkan keberanian dan kekuatan dalam menghadapi tantangan hidup. Anak diajarkan untuk tidak takut menghadapi rintangan dan selalu berani bertindak.
- Jadah Hijau: Menggambarkan kesejahteraan dan kesehatan. Anak diharapkan selalu diberikan kesehatan jasmani dan rohani serta kehidupan yang makmur.
- Jadah Kuning: Melambangkan kemuliaan dan kebijaksanaan. Anak diharapkan tumbuh menjadi pribadi yang mulia, bijaksana, dan penuh rasa hormat kepada orang lain.
- Jadah Biru: Simbol dari ketenangan batin. Anak diharapkan mampu menjalani kehidupan dengan penuh kedamaian dan ketenangan, tidak mudah goyah oleh godaan duniawi.
- Jadah Ungu: Menggambarkan spiritualitas dan kedekatan dengan Tuhan. Anak diajarkan untuk selalu menjaga hubungan spiritualnya dan tidak melupakan Tuhan dalam setiap langkah kehidupannya.
- Jadah Hitam: Melambangkan akhir dari perjalanan hidup. Ini menjadi pengingat bahwa hidup di dunia ini fana, dan setiap manusia akan kembali kepada Sang Pencipta. Oleh karena itu, anak diharapkan untuk selalu menjalani hidup dengan penuh makna dan kebaikan.
Dengan berjalan melewati tujuh jadah ini, anak secara simbolis diharapkan dapat mengatasi berbagai rintangan dalam hidupnya dengan kekuatan, kebijaksanaan, dan keberanian.
Tahapan Lain dalam Prosesi Tedak Siten
Selain prosesi berjalan melewati tujuh jadah, upacara Tedak Siten juga terdiri dari beberapa tahapan penting lainnya, yang semuanya memiliki makna mendalam. Berikut adalah rangkaian lengkap prosesi Tedak Siten:
- Persiapan Upacara: Persiapan ini meliputi pembuatan jadah dalam tujuh warna, pembuatan tangga dari tebu arjuna, dan penyediaan sangkar ayam yang digunakan untuk meletakkan anak dalam prosesi.
- Mencuci Kaki Anak: Tahap pertama dalam upacara adalah mencuci kaki anak oleh orang tua. Ini melambangkan bahwa orang tua membersihkan segala hal buruk dari kehidupan anak dan membimbingnya untuk memulai hidup yang bersih dan suci.
- Berjalan Melewati Tujuh Jadah: Setelah kakinya dicuci, anak akan berjalan melewati tujuh jadah yang sudah disusun berderet. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, setiap jadah memiliki makna simbolis yang terkait dengan perjalanan hidup manusia.
- Menaiki Tangga Tebu Arjuna: Setelah melewati tujuh jadah, anak akan menaiki tangga yang terbuat dari batang tebu arjuna. Tebu arjuna dipilih karena melambangkan kekuatan dan ketahanan hidup. Menaiki tangga ini mengisyaratkan bahwa anak sedang berusaha mencapai kehidupan yang lebih tinggi dan lebih baik.
- Masuk ke Dalam Sangkar Ayam: Anak kemudian dimasukkan ke dalam sangkar ayam yang dihias. Sangkar ayam melambangkan tempat perlindungan, dan prosesi ini menunjukkan bahwa anak akan selalu berada dalam perlindungan keluarganya.
- Memilih Berbagai Benda: Tahap selanjutnya adalah meletakkan beberapa benda di hadapan anak, seperti buku, uang, alat tulis, dan mainan. Anak akan diminta memilih salah satu dari benda-benda tersebut, dan pilihan anak tersebut dianggap sebagai petunjuk tentang minat atau bakatnya di masa depan.
- Pemberian Makanan: Setelah prosesi selesai, anak akan diberikan berbagai makanan tradisional, termasuk nasi kuning dan ayam panggang, yang melambangkan kemakmuran dan kebahagiaan.
Kesimpulan
Tedak Siten bukan sekadar ritual adat, melainkan upacara penuh makna yang menggambarkan harapan-harapan orang tua kepada anaknya. Melalui prosesi ini, anak diharapkan dapat menjalani hidup dengan penuh kebijaksanaan, kekuatan, dan spiritualitas. Berjalan melewati tujuh jadah dalam Tedak Siten bukan hanya ritual simbolis, tetapi juga pengajaran penting tentang bagaimana seseorang harus siap menghadapi tantangan hidup dengan segala bekal yang diberikan oleh keluarganya.