7 Perlengkapan Tedak Siten yang perlu kalian ketahui

Diposting pada

7 Perlengkapan Tedak Siten yang perlu kalian ketahui – Tedak Siten merupakan salah satu tradisi yang masih dilestarikan oleh masyarakat Jawa, terutama dalam lingkup keluarga yang masih menjunjung tinggi adat dan budaya. Upacara ini memiliki makna yang sangat mendalam, sebagai tanda syukur serta doa agar sang anak tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan penuh kebajikan. Tedak Siten juga dikenal sebagai “turun tanah”, dimana seorang anak akan pertama kali menginjakkan kakinya di tanah sebagai simbolisasi dimulainya kehidupan yang lebih mandiri.

Namun, untuk melaksanakan upacara Tedak Siten dengan khidmat dan sesuai dengan adat, diperlukan berbagai perlengkapan tedak siten yang memiliki makna simbolis masing-masing. Dalam artikel ini, kami akan membahas secara lengkap mengenai perlengkapan apa saja yang diperlukan dalam upacara Tedak Siten beserta makna di baliknya.

7 Perlengkapan Tedak Siten yang perlu kalian ketahui

7 Perlengkapan Tedak Siten yang perlu kalian ketahui

1. Tangga yang Terbuat dari Tebu

Perlengkapan pertama yang wajib ada dalam upacara Tedak Siten adalah tangga yang terbuat dari tebu. Tangga ini biasanya terdiri dari tujuh anak tangga, yang melambangkan tujuh tingkat kehidupan yang harus dilewati oleh manusia. Tebu sendiri dipilih karena tanaman ini memiliki rasa yang manis, yang diharapkan agar kehidupan anak yang menjalani upacara ini nantinya juga akan dipenuhi dengan manisnya kehidupan.

Selain itu, tangga dari tebu juga melambangkan kekuatan dan ketahanan hidup. Tebu yang tumbuh kuat di berbagai kondisi cuaca menjadi simbol agar anak tersebut bisa tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dan mampu menghadapi berbagai tantangan hidup.

2. Bubur Tujuh Warna

Bubur tujuh warna adalah bagian penting dalam prosesi Tedak Siten. Bubur ini terdiri dari tujuh warna berbeda, yakni merah, putih, hijau, kuning, biru, hitam, dan cokelat. Setiap warna bubur memiliki makna tertentu:

  • Merah: Simbol keberanian.
  • Putih: Lambang kesucian dan kemurnian hati.
  • Hijau: Menggambarkan kesejahteraan dan pertumbuhan.
  • Kuning: Melambangkan kebijaksanaan.
  • Biru: Simbol ketenangan dan kedamaian.
  • Hitam: Menggambarkan kekuatan dan keteguhan hati.
  • Cokelat: Lambang kesuburan dan kemakmuran.

Bubur ini disajikan kepada anak sebagai simbolisasi kehidupan yang penuh dengan berbagai rasa, baik manis maupun pahit, yang harus diterima dengan lapang dada dan kebijaksanaan.

3. Kurungan Ayam

Setelah anak menapaki tangga tebu, langkah selanjutnya adalah masuk ke dalam kurungan ayam. Kurungan ini melambangkan perlindungan dan penjagaan yang diberikan oleh keluarga kepada sang anak. Di dalam kurungan ayam, biasanya diletakkan berbagai mainan dan benda-benda kecil yang mengandung makna simbolis, seperti:

  • Uang koin: Melambangkan kemakmuran.
  • Alat tulis: Simbol pendidikan.
  • Alat musik kecil: Menggambarkan seni dan kreativitas.

Anak dibiarkan memilih salah satu dari benda-benda tersebut, yang konon dipercaya sebagai penanda bakat atau minat anak di masa depan.

4. Tanah dan Benih Padi

Tanah dan benih padi juga menjadi bagian penting dalam upacara Tedak Siten. Tanah ini akan diinjak oleh anak setelah keluar dari kurungan ayam, sebagai simbol bahwa anak tersebut akan senantiasa berpijak pada bumi dan berpegang teguh pada akar budayanya. Sedangkan benih padi yang ditaburkan di atas tanah melambangkan harapan agar sang anak bisa tumbuh subur, seperti padi yang selalu memberi manfaat bagi orang banyak.

5. Air Kembang

Air kembang merupakan simbol kesucian dan kesejukan dalam upacara Tedak Siten. Air ini biasanya digunakan untuk memandikan kaki anak setelah prosesi turun tanah. Bunga-bunga yang digunakan dalam air ini juga dipilih dengan cermat, antara lain bunga mawar, melati, dan kenanga, yang masing-masing memiliki makna berbeda:

  • Mawar: Lambang cinta dan kebahagiaan.
  • Melati: Simbol kesucian dan ketulusan hati.
  • Kenanga: Melambangkan keharuman dan keberkahan.

Dengan memandikan kaki anak menggunakan air kembang, diharapkan anak tersebut akan senantiasa melangkah di jalan yang benar, penuh cinta, dan keberkahan dalam hidupnya.

6. Pakaian Adat

Dalam upacara Tedak Siten, anak biasanya akan mengenakan pakaian adat Jawa lengkap dengan aksesorinya. Pakaian adat ini tidak hanya untuk mempercantik penampilan, tetapi juga memiliki makna mendalam. Busana tradisional ini menggambarkan bahwa meskipun anak akan memasuki dunia modern, ia tidak boleh melupakan jati dirinya sebagai bagian dari masyarakat Jawa yang kaya akan budaya dan tradisi.

Pakaian adat juga mengajarkan tentang etika berpakaian yang sopan dan anggun, sesuatu yang sangat dijunjung tinggi dalam budaya Jawa.

7. Nasi Tumpeng

Nasi tumpeng merupakan bagian penutup dalam upacara Tedak Siten. Tumpeng ini biasanya dihias dengan berbagai lauk-pauk seperti ayam ingkung, telur, dan sayur-sayuran. Tumpeng melambangkan puncak kehidupan yang diharapkan bisa dicapai oleh anak. Dengan bentuknya yang mengerucut ke atas, tumpeng mengajarkan bahwa setiap langkah dalam hidup harus selalu diarahkan untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi dan lebih baik.

Lauk-pauk yang menyertai tumpeng juga memiliki makna, seperti ayam ingkung yang melambangkan pengabdian dan rasa syukur, serta telur yang melambangkan kesempurnaan.

8. Sesaji dan Ubo Rampe

Dalam tradisi Jawa, sesaji selalu menjadi bagian penting dalam setiap upacara adat, termasuk Tedak Siten. Sesaji ini biasanya terdiri dari berbagai macam makanan, kemenyan, bunga, dan ubo rampe lainnya yang disajikan untuk para leluhur sebagai bentuk penghormatan dan doa agar mereka memberikan restu dan perlindungan kepada sang anak. Sesaji juga melambangkan keseimbangan antara kehidupan duniawi dan spiritual yang harus dijaga oleh setiap individu.

Kesimpulan

Upacara Tedak Siten bukan sekadar ritual turun tanah bagi seorang anak, tetapi juga merupakan warisan budaya yang penuh dengan simbolisme dan makna mendalam. Setiap perlengkapan dalam upacara ini memiliki arti khusus yang mencerminkan harapan, doa, serta ajaran moral yang ingin ditanamkan kepada sang anak sejak dini. Dengan melestarikan tradisi ini, kita turut menjaga kekayaan budaya bangsa dan menanamkan nilai-nilai luhur kepada generasi penerus.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *